, ,

Kearifan Gempa Insinyur Majapahit Di Tengah Musibah Modern

oleh -111 Dilihat

Jejak Arsitektur Cerdas Majapahit: Rumah Panggung, Solusi Tahan Gempa yang Terlupakan

Kota Mojokerto- Musibah ambruknya Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo, yang menelan korban ratusan santri, menyisakan duka dan sebuah tanda tanya besar: seberapa kokoh dan amankah konstruksi bangunan kita di era modern ini? Di tengah keprihatinan ini, ternyata kita bisa menengok ke belakang, merunut jejak kearifan nenek moyang. Berabad-abad sebelum rekayasa gempa modern lahir, insinyur-insinyur Kerajaan Majapahit telah merancang bangunan dengan presisi yang mengagumkan untuk melindungi penghuninya dari amukan alam, khususnya gempa bumi dan banjir.

Kearifan Gempa Insinyur Majapahit Di Tengah Musibah Modern
Kearifan Gempa Insinyur Majapahit Di Tengah Musibah Modern

Baca Juga : Transfusi Darah 500 Karung Sekam Untuk Benteng Penyelamat Di Jalur Tengkorak Mojokerto

Solusi cerdas yang mereka kembangkan adalah arsitektur rumah panggung. Konsep ini bukan sekadar gaya atau tradisi, melainkan sebuah teknologi konstruksi yang disesuaikan dengan kondisi geografis Nusantara yang rawan bencana.

Lebih dari Sekadar Rumah: Filosofi Hunian yang Harmonis

Menurut Tommy Raditya Dahana, Pamong Budaya Pertama Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) XI di Trowulan, Mojokerto, konsep panggung pada era Majapahit diterapkan secara luas. “Teknologi ini tidak hanya untuk rumah tinggal sehari-hari, tetapi juga diaplikasikan pada bangunan publik seperti pendapa besar dan balai pertemuan, atau yang kini kita kenal sebagai gazebo,” papar Tommy.

Bukti visual dari kecanggihan arsitektur ini dapat dengan mudah ditemui pada relief candi peninggalan kejayaan Hindu-Buddha. Sebuah panel relief di Candi Sukuh, Karanganyar, Jawa Tengah, misalnya, menggambarkan dengan detail sebuah bangunan mirip gazebo. Strukturnya ditopang oleh empat tiang kayu kokoh, dengan ketinggian panggung yang tidak terlalu tinggi dari tanah, menciptakan kesan yang anggun namun tetap stabil. Gambaran serupa, meski berasal dari era sebelum Majapahit, juga dapat dilihat pada relief-relief di Candi Borobudur, Magelang, menunjukkan bahwa kearifan ini telah diwariskan turun-temurun.

Rekayasa Tahan Gempa: Elastisitas dan Prinsip “Bongkar Pasang”

Lantas, apa rahasia di balik ketangguhan bangunan panggung Majapahit ini?

  1. Sistem Elastis dengan Kolong Bawah Tanah: Rahasia utama ketahanan gempa terletak pada kolong yang terdapat di bawah lantai. Saat gempa mengguncang tanah, bangunan tidak langsung menerima dampak guncangan secara kaku. Kolong ini memberikan ruang bagi bangunan untuk “menari” mengikuti pergerakan tanah, sehingga energi gempa diserap dan diredam, tidak langsung menghancurkan struktur utama. Bayangkan seperti pohon bambu yang lentur diterpa angin, bukannya patah, ia hanya bergoyang.

  2. Sambungan Pasak, Bukan Paku: Berbeda dengan konstruksi modern yang kaku dengan paku dan baut, rangka bangunan Majapahit disatukan menggunakan sistem pasak dari kayu atau bambu. Sambungan pasak ini memberikan kelenturan yang luar biasa. Getaran gempa tidak membuat struktur menjadi tegang dan retak, tetapi justru membuatnya bergerak secara fleksibel di sambungan-sambungan pasaknya. “Ketidak-kakuan ini adalah kunci. Alih-alih melawan energi gempa hingga hancur, struktur justru bergerak mengikutinya, sehingga dampaknya diminimalisir,” jelas Tommy.

  3. Konsep Mudah Dibongkar-Pasang: Teknologi pasak ini juga menghadirkan keunggulan praktis lainnya: bangunan menjadi mudah untuk dibongkar dan dipasang kembali. Ini adalah solusi yang brilian untuk evakuasi atau relokasi ketika terjadi bencana atau ancaman, sebuah fitur yang sangat relevan hingga saat ini.

Antisipasi Banjir: Adaptasi terhadap Lingkungan

Selain cerdas mengatasi gempa, arsitektur Majapahit juga sangat adaptif terhadap ancaman banjir. Meski pada masa akhir kerajaan mulai bermunculan rumah tapak (tanpa kolong), fondasinya tetap dirancang lebih tinggi dari permukaan tanah. Caranya adalah dengan menumpuk bata hingga mencapai ketinggian sekitar 40 sentimeter sebagai landasan rumah.

Refleksi untuk Masa Kini: Melirik Kembali Kearifan Lokal

Dalam setiap pahatan relief dan sisa-sisa fondasi di Trowulan, tersimpan pesan tentang bagaimana sebuah peradaban besar membangun kehidupannya dengan prinsip keselarasan dan keselamatan. Rumah panggung Majapahit bukan sekadar peninggalan sejarah yang statis, melainkan sebuah blueprint arsitektur hijau dan tangguh bencana yang telah teruji oleh waktu.

Relevansi Masa Kini: Pelajaran Berharga untuk Konstruksi Modern

Lantas, bagaimana kita bisa menerapkan kearifan masa lalu ini di era beton dan baja? Pertama, para arsitek dan developer modern mulai banyak mengadopsi prinsip fleksibilitas ini. Mereka tidak lagi melihat gempa sebagai gaya yang harus dilawan dengan kekakuan, tetapi sebagai energi yang perlu dikelola. Sebagai contoh, sistem sambungan pasak kayu yang lentur itu kini menemukan padanannya dalam teknologi base isolation atau peredam kejut (shock absorber) pada gedung-gedung pencakar langit di daerah rawan gempa. Konsepnya sama: membiarkan bangunan bergerak secara terkendali. Selanjutnya, konsep rumah panggung juga menawarkan solusi bagi masalah perkotaan yang kian kompleks.

Tidak berhenti di situ, keunggulan rumah panggung Majapahit dalam hal kemudahan perakitan juga sangat relevan. Pada akhirnya, dalam situasi darurat bencana, kita membutuhkan hunian sementara yang bisa didirikan dengan cepat dan mudah.

Sebuah Panggilan untuk Melestarikan Warisan Cerdas Nusantara

Oleh karena itu, warisan Majapahit ini bukan sekadar romantisme sejarah. Ini adalah bukti nyata bahwa nenek moyang kita adalah insinyur dan perencana yang ulung. Mereka sudah membuktikan bahwa hidup harmonis dengan alam adalah kunci ketangguhan.

Dengan demikian, langkah kita selanjutnya adalah menggali lebih dalam. Kita perlu mendokumentasikan, meneliti, dan mengadaptasi prinsip-prinsip arsitektur tradisional ini dengan sentuhan teknologi kontemporer.

Singkatnya, ketika bumi semakin aktif, justru kearifan lokal seperti inilah yang menjadi penuntun kita. Melestarikan warisan ini bukan berarti mundur ke belakang, melainkan melangkah maju dengan pandangan yang lebih bijak.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.