, ,

Amukan Angin Di Mojokerto, Ujian Kesabaran Bagi Warga Tropodo

oleh -100 Dilihat

Bencana Dibiarkan, Aliran Sungai Sadar Tersumbat dan Ancaman Banjir Mengintai Warga

Kota Mojokerto- Lebih dari tiga hari pasca amukan angin kencang yang menghantam kawasan Mojokerto Raya, dampaknya masih terlihat jelas dan mengkhawatirkan. Di kawasan Tropodo, Kota Mojokerto, sebuah pemandangan muram menyambut: sebatang pohon berukuran raksasa tergeletak roboh, menutupi hampir seluruh aliran Sungai Sadar. Keadaan ini bukannya membaik, justru berubah menjadi ujian kesabaran dan sumber kecemasan baru bagi warga setempat.

Amukan Angin Di Mojokerto, Ujian Kesabaran Bagi Warga Tropodo
Amukan Angin Di Mojokerto, Ujian Kesabaran Bagi Warga Tropodo

Baca Juga : Kearifan Gempa Insinyur Majapahit Di Tengah Musibah Modern

Keterlambatan penanganan dari instansi terkini menjadi sorotan. Setiawan, salah seorang warga yang rumahnya tak jauh dari lokasi, menyuarakan kekecewaannya. “Sejak hari pertama pohon ini tumbang, kami sudah laporkan. Tapi sampai hari Jumat ini, belum ada tindakan nyata dari BPBD atau Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota. Kami merasa diabaikan,” keluhnya dengan nada prihatin.

Kekhawatiran warga sangatlah beralasan

Dengan datangnya musim penghujan, Sungai Sadar yang alirannya terhambat bagai bom waktu. “Jika hujan deras turun, air sungai tidak akan bisa mengalir dengan lancar. Luapannya sangat berpotensi menggenangi permukiman kami. Ini bukan lagi soal ketidaknyamanan, tapi sudah soal keselamatan dan harta benda,” tambah Setiawan, sambil menunjuk ke arah pemukiman padat di sepanjang bantaran sungai.

Yang ironis justru datang dari pihak lain

Pantauan Jawa Pos Radar Mojokerto di lokasi memperlihatkan aksi gotong royong yang dilakukan oleh sejumlah petugas dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Berbekal peralatan seadanya seperti gergaji mesin dan tenaga yang terbatas, mereka dengan susah payah memotong dan menyingkirkan batang-batang pohon yang menghalangi sungai.

Kejadian ini memunculkan pertanyaan kritis tentang koordinasi dan responsivitas penanganan darurat di Kota Mojokerto. Di satu sisi, warga menunggu dengan hati was-was; di sisi lain, upaya penyelamatan justru digerakkan oleh lembaga yang sebetulnya tidak menjadi ujung tombak pertama.

Seberapa lama lagi warga Tropodo harus hidup dalam bayang-bayang banjir? Dan kapan instansi yang berwenang akan turun tangan menyelesaikan masalah yang sudah berlarut-larut ini? Waktu terus berjalan, sementara langit di atas Mojokerto mulai kembali mendung, mengingatkan semua pihak bahwa ancaman itu nyata dan waktu untuk bertindak hampir habis.

Bencana Dibiarkan, Aliran Sungai Sadar Tersumbat dan Ancaman Banjir Mengintai Warga

Keterlambatan penanganan ini, pada akhirnya, memicu respons dari berbagai pihak. Sebagai contoh, sejumlah pemuda karang taruna di Kelurahan Tropodo akhirnya tidak tinggal diam. Mereka secara swadaya mulai membersihkan ranting-ranting kecil di sekitar lokasi. Namun demikian, upaya masyarakat ini sangat terbatas karena tidak memiliki peralatan yang memadai untuk memotong batang pohon besar.

Di sisi lain, kesibukan juga terlihat di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mojokerto. Kepala BPBD, melalui juru bicaranya, memberikan penjelasan. “Kami sebenarnya sudah menerima laporan dan melakukan assessment di hari pertama. Akan tetapi, kami harus memprioritaskan penanganan di titik-titik yang mengancam akses jalan dan jalur evakuasi terlebih dahulu,” jelasnya. Selain itu, pihaknya mengaku sedang mengkoordinasikan logistik dan personel tambahan dengan dinas terkait.

Sementara itu, aksi petugas Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas terus berlanjut. Mereka bekerja ekstra keras meski dengan sumber daya yang minim. “Kami fokus membersihkan titik tersempit di aliran sungai terlebih dahulu. Setelah itu, kami akan meratakan sisa-sisa batang yang lebih kecil agar aliran air bisa lancar,” terang seorang supervisor lapangan.

Akibatnya, situasi di lapangan mulai menunjukkan dua realitas yang bertolak belakang. Di satu sisi, ada semangat gotong royong dari warga dan petugas BBWS. Di sisi lain, langkah konkret dari instansi yang paling berwenang masih belum terlihat secara maksimal.

Oleh karena itu, para warga berharap koordinasi antar-instansi pemerintah segera menemui titik terang. Mereka mendesak agar pemotongan Amukan pohon segera diselesaikan sebelum hujan lebat berikutnya datang. Dengan kata lain, kecepatan penanganan saat ini akan menentukan apakah permukiman mereka akan selamat atau menjadi korban banjir kiriman berikutnya.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.