Mojosari Terpilih sebagai Lokasi Ideal Ibu Kota Kabupaten Mojokerto yang Baru, Kajian Kelayakan Tetapkan Kecamatan ini Paling Strategis
Kota Mojokerto- Langkah historis pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Mojokerto memasuki babak baru yang menentukan. Feasibility Study (FS) atau Kajian Kelayakan yang digarap secara mendalam akhirnya rampung, dan hasilnya menunjuk Kecamatan Mojosari sebagai lokasi terbaik dan paling representatif untuk menjadi ibu kota yang baru. Temuan ini semakin mengukuhkan optimisme Pemerintah Daerah (Pemda) untuk merealisasikan program strategis nasional ini dalam waktu dekat.

Baca Juga : Sidang Perdana Kasus Pencabulan Anak Oleh Dukun Dimulai Di PN Mojokerto
Bupati Mojokerto, Muhammad Albarraa, dengan tegas menyatakan bahwa momentum ini harus menjadi pemantik aksi nyata, mengakhiri polemik wacana yang telah bergulir selama puluhan tahun. “Kajian kelayakan ini adalah lampu hijau yang kita tunggu-tunggu. Kini, komitmen kolektif kitalah yang menjadi penentu. Jika kita semua menyetujui hasil FS ini, maka tugas kita bersama adalah memuluskan setiap langkah realisasinya. Secara teknis, peluang keberhasilannya saya nilai telah di atas 70 persen. Tantangannya sekarang adalah pada eksekusi. Jangan sampai ada yang mempersulit, karena jika itu terjadi, angka kegagalan yang 30 persen itu bisa berbalik menjadi 70 persen,” tegas Albarraa dalam paparannya.
Mojosari: Sebuah Kawasan Modern Bernuansa Kearifan Lokal
Bupati Albarraa memaparkan alasan mendalam di balik pemilihan Mojosari. Menurutnya, kawasan ini tidak hanya strategis secara geografis, tetapi juga telah dirancang untuk menjadi representasi kota modern yang manusiawi dan berkarakter.
“Kelebihan Mojosari sangat jelas. Lokasinya berdekatan dengan fasilitas keamanan seperti Polres dan Koramil, dilintasi jalan nasional, dan didukung oleh ketersediaan Tanah Kas Desa (TKD) yang memadai untuk pengembangan. Ini adalah cikal bakal kota modern yang kita impikan, dilengkapi dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH), fasilitas olahraga, dan fasilitas umum yang terintegrasi,” jelasnya.
Lebih dari sekadar modern, Bupati juga menekankan pentingnya menciptakan tata ruang yang nyaman dan bernuansa lokal. Konsep ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif namun tetap mencerminkan jati diri daerah.
“Kita harus belajar dari sejarah. Mojokerto adalah tanah peninggalan Kejayaan Majapahit. Karena itu, saya berharap arsitektur seluruh bangunan, termasuk masjid, mengadopsi nuansa Kemajapahitan. Ini bukan hanya soal memindahkan kantor, tetapi tentang membangun peradaban baru yang menghargai warisan leluhur. Jangan sampai gagal, kita harus perjuangkan bersama,” tandasnya penuh semangat.
Lokasi Spesifik: Stadion Gajah Mada Dinilai Paling Ideal
Sebagai bentuk komitmen percepatan, Pemkab secara intensif mematangkan segala perencanaan teknis. Dalam sebuah pemaparan tertutup yang dihadiri oleh jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan tim pemindahan, tenaga ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya—yang dipercaya menyusun kajian—memperkenalkan titik pasti lokasi ibu kota baru.
Tim ITS menyimpulkan bahwa area di utara Jalan Stadion Gajah Mada, Desa Jotangan, Kecamatan Mojosari, merupakan lokasi paling ideal. Lahan seluas 5,2 hektar itu dinilai memiliki aksesibilitas tinggi, letaknya strategis, dan berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi kawasan terpadu yang mencakup pusat pemerintahan, pelayanan publik, dan ruang komersial.
Gedung Serbaguna untuk Layanan yang Lebih Representatif
Menyambut baik temuan ITS, Sekretaris Daerah Kabupaten Mojokerto, Teguh Gunarko, menekankan pentingnya segera menyelesaikan FS secara definitif agar tim pemindahan yang telah dibentuk lintas OPD dapat segera bergerak. Menurutnya, keterlambatan penyusunan FS sempat menjadi penghambat utama.
Teguh juga mengusulkan sebuah konsep penting untuk Feasibility meningkatkan kualitas pelayanan di ibu kota baru nanti. “Saya membayangkan adanya sebuah gedung serbaguna yang berfungsi sebagai gerbang utama. Selain itu, gedung ini juga dilengkapi dengan beberapa ruang rapat yang memadai,” jelas Teguh.
“Dengan konsep ini, aktivitas rapat dan penerimaan tamu dapat terkonsentrasi di satu area yang steril. Hal ini akan meningkatkan efisiensi, kenyamanan, dan kesan yang lebih representatif bagi seluruh pihak yang berkunjung,” imbuhnya.





