, ,

Gelombang Pembangunan Hingga Ke Pelosok Visi Muhammad Hafifudin Untuk Mojokerto

oleh -80 Dilihat

Perjuangan Tanpa Lelah: Anggota DPRD Mojokerto Ini Kawal Pembangunan Hingga ke Pelosok Desa

Kota Mojokerto- Nama Muhammad Hafifudin mulai dikenal sebagai salah satu wajah baru DPRD Kabupaten Mojokerto yang penuh dedikasi. Sudah satu tahun berlalu sejak ia dilantik, dan dalam waktu yang relatif singkat itu, politisi Partai Demokrat ini telah menunjukkan konsistensinya dalam menyuarakan hati rakyat. Fokus utamanya jelas: memastikan gelombang pembangunan tidak hanya berhenti di pusat kota, tetapi merata hingga ke seluruh penjuru 18 kecamatan.

Gelombang Pembangunan Hingga Ke Pelosok Visi Muhammad Hafifudin Untuk Mojokerto
Gelombang Pembangunan Hingga Ke Pelosok Visi Muhammad Hafifudin Untuk Mojokerto

Baca Juga : Pohon Tumbang Menimpa Mobil, Pasangan Suami Istri Nyaris Celaka Di Jalan Bypass

Bagi Hafif, sebagaimana ia akrab disapa, perjuangan ini bukan sekadar wacana. Dari balik meja rapat hingga turun langsung ke lapangan, ia aktif menjaring aspirasi masyarakat melalui kegiatan reses. Dari sanalah, ia menangkap satu suara yang sama: rakyat mendambakan infrastruktur yang layak dan akses yang setara untuk memajukan kehidupan mereka.

“Tidak boleh ada yang tertinggal. Setiap warga, di mana pun mereka berada, di sudut manapun di Kabupaten Mojokerto, memiliki hak yang sama untuk merasakan hasil pembangunan. Suara merekalah yang menjadi bahan bakar perjuangan kami di dewan,” tegas Hafif dengan semangat yang menggebu.

Lebih dari Sekadar Jalan: Infrastruktur sebagai Nadi Perekonomian

Komitmen ini diperkuat oleh perannya sebagai anggota Komisi III yang membidangi pengawasan infrastruktur, Sumber Daya Alam (SDA), dan Lingkungan Hidup. Di pundaknya, ia memikul tanggung jawab besar untuk memastikan setiap proyek pembangunan berjalan tepat sasaran.

Salah satu prioritas yang terus ia kawal adalah pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan. Bagi Hafif, jalan yang baik adalah lebih dari sekadar akses transportasi; ia adalah urat nadi perekonomian. “Bayangkan jika jalan menuju ke lahan pertanian atau home industry rusak. Hasil bumi terhambat, biaya logistik membengkak, dan daya saing masyarakat melemah. Dengan membenahi jalan, kita tidak hanya memudahkan mobilitas sehari-hari, tetapi juga membuka kran ekonomi yang lebih deras,” papar pria asal Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro ini.

Mengentaskan Ketidaklayakan: Perjuangan untuk 9.106 Rumah

Gelombang Perhatiannya tidak berhenti pada infrastruktur publik. Hafif juga menyoroti persoalan kemanusiaan yang mendasar: Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Data yang ada menunjukkan bahwa dari 15.000 RTLH yang terdata, masih tersisa 9.106 unit yang membutuhkan sentuhan segera. Angka ini bagaikan panggilan tugas baginya.

“Pemerintah harus hadir dengan solusi yang nyata dan percepatan yang konkret. Melihat ada ribuan keluarga yang masih berjuang melawan atap yang bocor atau dinding yang reyot, hati ini tidak bisa diam. Mereka berhak untuk tinggal di tempat yang layak dan bermartabat,” serunya. Ia menekankan bahwa kolaborasi yang solid dengan pemerintah daerah (eksekutif) adalah kunci untuk segera merealisasikan program pembangunan dan rehabilitasi RTLH ini.

Waspada terhadap Proyek Strategis: Memastikan APBN Bermanfaat Maksimal

Sorotan Hafif juga tertuju pada proyek-proyek strategis yang menggunakan dana publik besar, seperti Pembangunan Dam Wonokerto di Desa Wonodadi, Kecamatan Kutorejo. Proyek senilai Rp 4,1 miliar ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi persoalan irigasi para petani di wilayah tersebut.

Sebagai wakil rakyat, ia tidak hanya berpuas diri dengan groundbreaking. Hafif memastikan untuk turun tangan mengawasi prosesnya. “Dana yang tidak kecil ini harus dipertanggungjawabkan dengan hasil yang optimal. Beberapa waktu lalu, kami secara proaktif mengadakan audiensi dengan pihak rekanan pelaksana dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) untuk memastikan pengerjaan berjalan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) dan tidak ada kompromi terhadap kualitas,” tandasnya.

Bagi Muhammad Hafifudin, prinsip manfaat nyata bagi masyarakat adalah kompas utama dalam setiap kebijakan pembangunan. Di usianya yang masih muda, 28 tahun, semangatnya membara untuk terus bekerja, mengawal, dan memastikan bahwa pembangunan di Kabupaten Mojokerto benar-benar menyentuh mereka yang paling membutuhkan. Perjalanannya masih panjang, tetapi langkahnya telah memberi warna optimisme baru.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.