Tragedi Beruntung di Mojokerto: Sekolah Larang Siswa Bawa Motor Usai 4 Nyawa Melayang
Kota Mojokerto- Dunia pendidikan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, berduka. 4 nyawa pelajar SMK harus melayang dalam rentetan kecelakaan lalu lintas yang terjadi hanya dalam kurun satu pekan. Menyikapi tragedi beruntun yang memilukan ini, pihak sekolah mengambil langkah tegas Larangan siswa membawa sepeda motor ke sekolah.
Baca Juga : Tembus 83% Jembatan Penghubung Mojokerto-Gresik Siap Dilalui Akhir 2025
Kepala SMK Raden Rahmat Mojosari, Nanang Bahrurrozi, dengan berat hati membenarkan bahwa keempat korban adalah siswa didiknya. Ia menyatakan bahwa insiden tragis ini terjadi di luar kendali pihak sekolah. “Terkait kejadian kecelakaan tersebut, ini di luar batas kemampuan kami. Ini adalah musibah yang sangat kami sesali,” ujarnya, suara bergetar penuh keprihatinan.
Larangan membawa motor ini bukanlah imbauan baru
Nanang mengungkapkan bahwa sekolah telah berulang kali melakukan sosialisasi keselamatan berlalu lintas, bahkan dengan menggandeng langsung pihak Kepolisian. Setiap rapat dengan wali murid, poin ini selalu ditekankan. Namun, nyawa tetap tidak bisa dikembalikan.
“Sebagai alternatif yang jauh lebih aman, kami sangat mendorong siswa untuk menggunakan angkutan umum atau diantar langsung oleh orang tua. Keselamatan mereka adalah yang utama. Kerja sama dari orang tua sangat kami harapkan,” jelas Nanang penuh harap.
Untuk memperkuat langkah pencegahan, sekolah kembali menggelar sosialisasi keselamatan berkendara bekerja sama dengan Satlantas Polres Mojokerto. “Kita terus berkoordinasi intensif agar kejadian memilukan seperti ini tidak terulang lagi. Tidak ada korban jiwa lagi,” tegasnya.
Kronologi Tragedi yang Merenggut Nyawa
Dua insiden terpisah memicu keputusan tegas ini. Insiden pertama merenggut nyawa MAP (16), pelajar asal Prambon, Sidoarjo. Saat berangkat sekolah, ia berboncengan dengan tetangganya, AEA, mengendarai motor Honda PCX. Di Jalan Pemuda, Desa Seduri, Mojosari, motor mereka harus banting setir untuk menghindari mobil Kijang Innova yang parkir di pinggir jalan. Mereka terjatuh dan tragisnya, MAP terlindas truk wing box yang melintas. Ia tewas seketika, sementara AEA hingga saat ini masih berjuang antara hidup dan mati di rumah sakit akibat luka berat.
Tak sampai seminggu kemudian, tepatnya pada 12 Agustus, dua nyawa lagi melayang. ZD (16) dan BM (16), kedua siswa kelas XI tersebut pulang sekolah dengan mengendarai Honda Beat. Di Jalan Raya Desa Pungging, motor mereka tersambar truk pengangkut ayam.
Dua insiden berdarah ini menjadi pukulan telak bagi dunia pendidikan dan komunitas di Mojokerto. Langkah ini adalah upaya konkret untuk melindungi masa depan generasi penerus bangsa dari bahaya di jalan raya. Harapannya, para orang tua dapat memahami dan bekerja sama demi keselamatan buah hati mereka.






