Nyaris Tewas! Dua Santri di Mojokerto Terseret Banjir Bandang Saat Kembali ke Pondok
Kota Mojokerto- Peristiwa mencekam menghantui perjalanan dua santri asal Sidoarjo yang hendak kembali ke pondok pesantrennya di Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Bukannya tiba dengan selamat, mereka justru harus berjuang antara hidup dan mati setelah sepeda motor yang ditumpangi terseret derasnya arus banjir yang melanda Jalan Raya Mojosari-Pacet.

Baca Juga : Gelombang Pembangunan Hingga Ke Pelosok Visi Muhammad Hafifudin Untuk Mojokerto
Insiden yang terjadi sekitar pukul 14.45 WIB itu berawal dari hujan lebat dengan intensitas tinggi yang mengguyur kawasan Pacet dan sekitarnya tanpa henti sejak pukul 13.00 WIB. Curah hujan yang luar biasa ini membuat saluran irigasi di sisi timur jalan, tepatnya di Desa Warugunung, tidak mampu lagi menampung air. Aliran air pun meluap dengan dahsyatnya, membanjiri badan jalan dan mengubah aspal menjadi ‘sungai’ yang berbahaya.
Korban, yang teridentifikasi sebagai Garuda Wisnu Kencana (18) dan kakak kandungnya, sedang berboncengan menaiki motor Honda Vario silver bernopol W 4529 NCA. Mereka menerobos hujan dengan niat melanjutkan aktivitas belajar di pesantren.
Namun, nasib berkata lain
Sesampainya di lokasi banjir, kekuatan arus yang datang tiba-tiba ternyata jauh di luar perkiraan. “Derasnya banjir luapan itu tidak hanya menghentikan laju motor, tetapi dengan mudahnya menyapu dan menyeret kendaraan beserta kedua penumpangnya ke dalam sungai di sisi kiri jalan,” tutur Sudarmaji, menggambarkan momen mengerikan itu.
Dalam sekejap, kedua santri tersebut terlempar dan harus berjuang melawan amukan air yang menghanyutkan mereka
Berkat usaha dan pertolongan yang cepat, nyawa keduanya berhasil diselamatkan. Meskipun selamat dari cengkeraman maut, trauma dan rasa syukur campur aduk menyelimuti Wisnu dan kakaknya. Sayangnya, tidak demikian dengan kendaraan mereka. Motor matic kesayangan milik keluarga itu hanyut terbawa arus dan hingga berita ini diturunkan, masih dalam pencarian.
Perjalanan Tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto langsung bergerak cepat, berkoordinasi dengan warga setempat untuk melakukan operasi pencarian. Pencarian yang dilakukan masih terhambat oleh kondisi air yang belum sepenuhnya surut dan arus yang masih kuat. “Kami masih terus berusaha menemukan motor tersebut. Saat ini, kami harus menunggu air surut terlebih dahulu agar pencarian bisa lebih efektif dan aman,” terang Sudarmaji menambahkan.
Kejadian ini menjadi pengingat yang keras bagi masyarakat tentang betapa berbahayanya menerobos banjir, sekalipun ketinggian air terlihat tidak signifikan. Kekuatan arus air banjir seringkali jauh lebih besar dari yang terlihat dan dapat dengan mudah menyapu kendaraan yang mencoba melintas.
Kepala Desa Warugunung juga mengimbau kepada para pengendara untuk selalu waspada dan mencari jalur alternatif ketika hujan deras melanda dan terdapat genangan air di jalan. “Keselamatan jiwa harus diutamakan. Lebih baik menunggu atau mencari jalan memutar daripada memaksakan diri menerobos banjir,” pesannya. Hingga saat ini, proses pencarian motor kedua santri tersebut masih terus dilakukan.







