Kemenag Perketat Penyaluran MBG di Pesantren: Pastikan Tepat Waktu & Cegah Keracunan
Mojokerto- Guna mencegah terjadinya kasus keracunan makanan dan memastikan manfaat program sampai pada sasaran, Kementerian Agama Kemenag Kabupaten Mojokerto mengeluarkan instruksi tegas mengenai penyaluran Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi santri. Pengawasan yang ketat diterapkan untuk memastikan distribusi paket makanan di pondok pesantren dilakukan secara tepat waktu dan sesuai prosedur.

Baca Juga : Gazebo Edukasi Di Taman Lalu Lintas Mojokerto Disalahgunakan Untuk Aksi Asusila
Kewaspadaan ini muncul sebagai respons atas maraknya insiden keracunan makanan yang terjadi di berbagai daerah, yang mendorong evaluasi menyeluruh terhadap sistem distribusi bantuan pangan, tidak terkecuali di lingkungan pesantren.
Tepat Waktu dan Libatkan Pengurus Pesantren
Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor 10 Tahun 2024, Kemenag menekankan dua hal utama dalam implementasi MBG. Pertama, penyaluran paket makanan harus dilakukan tepat pada waktunya, yaitu pada siang hari atau saat jam istirahat santri. Kebijakan ini memastikan makanan dapat segera dikonsumsi tanpa perlu menunggu lama, sehingga menjaga kesegaran dan keamanan pangan.
Kedua, Instruksi proses penyaluran wajib melibatkan pengurus pondok pesantren. Hal ini bertujuan untuk memastikan akuntabilitas dan koordinasi yang baik, sehingga bantuan yang diterima benar-benar sampai ke tangan santri dengan prosedur yang tertib.
Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kemenag Kabupaten Mojokerto, Amaa Noor Fikry, menegaskan pentingnya langkah ini. “Sesuai arahan, MBG untuk santri idealnya dibagikan sekali dalam sehari, yakni siang hari. Dengan begitu, paket makanan bisa langsung disantap oleh santri, meminimalisir risiko basi atau kontaminasi jika harus disimpan terlalu lama,” jelas Fikry.
Lebih dari Sekadar Makanan: Wadah Penguatan Karakter
Yang menarik, program MBG di pesantren tidak hanya dimaknai sebagai pemenuhan gizi semata. Dalam pandangan Kemenag, momen pembagian makanan ini juga menjadi sarana strategis untuk penguatan karakter para santri. Nilai-nilai religius seperti rasa syukur, sikap toleran dengan antre dengan tertib, serta kebersamaan dalam berbagi, dapat ditanamkan melalui aktivitas sederhana ini. Dengan demikian, MBG memiliki dampak ganda: mencukupi kebutuhan fisik sekaligus membentuk akhlak mulia.
Dua Pesantren Pelopor dan Optimisme Ekspansi SPPG
Hingga saat ini, baru dua pondok pesantren di Kabupaten Mojokerto yang telah mampu menjalankan MBG secara mandiri melalui Satuan Pelayanan dan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur umum internal. Kedua ponpes tersebut adalah Ponpes Amanatul Ummah di Pacet yang memiliki dua unit dapur umum, dan Ponpes Segoro Agung di Trowulan dengan satu unit dapur umum.
Keberhasilan kedua pesantren perintis ini menjadi model yang ingin dikembangkan. Fikry menyampaikan optimismenya bahwa akan ada penambahan SPPG baru dalam waktu dekat. Dua pesantren yang sedang dalam proses pembinaan dengan Badan Gizi Nasional (BGN) adalah Ponpes Nurul Islam (Nuris) di Pungging dan Ponpes Sabilul Muttakin di Desa Bendunganjati, Pacet.
“Kedua ponpes ini memiliki jumlah santri yang sangat signifikan, lebih dari tiga ribu orang, sehingga menjadi prioritas untuk memiliki SPPG mandiri. Untuk Nuris, prosesnya sudah berjalan dengan BGN. Sementara untuk Sabilul Muttakin, masih dalam tahap koordinasi intensif. Peran kami saat ini adalah memantau dan memfasilitasi,” tandas Fikry.
Dengan langkah-langkah proaktif dan pengawasan yang diperketat ini, diharapkan Program Makan Bergizi Gratis dapat berjalan lebih optimal. Tujuannya jelas: memastikan setiap santri menerima asupan gizi yang aman dan tepat waktu, sambil terus menanamkan nilai-nilai karakter yang menjadi fondasi pendidikan di pondok pesantren.
Tonggak Awal yang Positif dan Komitmen untuk Berbagi
Kedua pesantren perintis ini tidak hanya berfokus pada pemenuhan gizi untuk santri internal mereka. Lebih dari itu, mereka secara aktif membagikan kelebihan paket makanannya kepada pelajar dan anak-anak di sekitar lingkungan pesantren. Sebagai hasilnya, program MBG menciptakan dampak sosial yang lebih luas dan memperkuat tali silaturahmi antara pesantren dengan masyarakat sekitarnya.
Menyikapi perkembangan positif ini, Kemenag Kabupaten Mojokerto terus mendorong pesantren-pesantren lain untuk segera menyusul.
Proses Aktif Menuju Kemandirian Gizi
Ponpes Nurul Islam (Nuris) Pungging saat ini telah mengambil langkah nyata. Bahkan, pesantren tersebut telah berproses secara langsung dengan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk merealisasikan dapur umumnya. Sementara itu, Ponpes Sabilul Muttakin masih menjalani koordinasi intensif untuk mempercepat pembangunannya. Selain itu, jumlah santri yang mencapai lebih dari tiga ribu orang pada setiap pesantren menjadi pertimbangan utama dan pendorong dalam percepatan program ini.
Mengawal Masa Depan Program MBG
Instruksi Pada akhirnya, komitmen bersama dari semua pemangku kepentingan menjadi kunci utama. Selain itu, kemandirian melalui SPPG membuka jalan bagi pesantren untuk menjadi pusat pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan di masa depan.






